[Review Buku] The Danish Way of Parenting karya Jessica Joelle Alexander dan Iben Dissing Sandahl

Kebaikan melahirkan kebaikan. Keburukan melahirkan keburukan. Kehilangan kendali melahirkan kehilangan kendali—dan ketenangan melahirkan ketenangan. (halaman 117)

Book details:

JudulThe Danish Way of Parenting
PenulisJessica Joelle Alexander dan Iben Dissing Sandahl
Penerjemah Ade Kumalasari & Yusa Tripeni
PenerjemahB First (Bentang Pustaka)
TerbitCetakan kesebelas, Agustus 2021
Halaman184 hlm; 20,8 cm
ISBN978-602-426-094-1
KategoriParenting

Blurb:

Selama lebih dari 40 tahun Denmark selalu terpilih menjadi negara paling bahagia sedunia, menurut World Happiness Report oleh PBB. Tak terhitung banyaknya artikel dan kajian yang berusaha memecahkan misteri ini.

Setelah riset bertahun-tahun, ternyata jawabannya  sangat sederhana. Ini karena gaya pengasuhan mereka.

Filosofi orang Denmark dalam membesarkan anak terbukti memberikan hasil yang cukup efektif: anak-anak yang tangguh, emosi terkendali, dan bahagia. Warisan inilah yang membuat Denmark selalu menempati urutan pertama indeks kebahagiaan di seluruh dunia.

Temukan rahasia nyata kesuksesan orang Denmark dalam membesarkan anak-anaknya, di buku ini. Namun ingatlah, menerapkan metode ini memerlukan latihan, kesabaran, penyelesaian, dan kesadaran, tetapi hasilnya sepadan karena tujuan kita sebagai orang tua adalah membesarkan anak-anak yang bahagia. Maka, kesuksesan akan menghampiri masa depannya kelak.

Saat mendengar nama negara Denmark, apa yang terlintas dibenakmu? Kalau saya, langsung inget Lego, sejenis permainan bongkah plastik kecil yang terkenal. Sekarang di Indonesia tidak susah nyari mainan Lego yang ori. Kalau menengok perjalanan 7 atau delapan tahun lalu, kalau pergi ke LN, saya sering dapat titipan dari adik-adik sepupu untuk beli Lego (mana beli legonya yang cukup unik yakitu kategori arsitektur, technic), dan nyarinya cukup susah, jalan dari toko satu bahkan mal satu ke mal lain, tapi sekarang di beberapa Mal besar di Indonesia juga sudah ada.  Dulu, saya bertanya-tanya dalam hati  kenapa sih mainan Lego dari Denmark ini terkenal banget? Beberapa kali saya pernah bertanya, ada ke beberapa anak yang saya kenal bahkan sepupu juga, ada yang tahu nggak mainan Lego dari mana, tapi jawaban mereka tidak langsung benar, mungkin menyangka bukan dari negara Denmark.

Fakta menarik yang mungkin orang tidak tahu adalah bahwa mainan ini berasal  dari Denmark. Diciptakan oleh tukang kayu Denmark dalam bengkelnya pada 1932, mainan ini disebut Lego, singkatan dari kata leg godt, yang artinya ‘bermainlah dengan baik’. Bahkan, waktu itu, ide menggunakan imajinasi untuk bermain bebas sedang menjadi tren. Menarik sekali, ‘bermain’ merupakan bagian penting, tapi tentu saja bukan main gadget dari mulai game ini dan itu seperti umumnya anak-anak zaman sekarang yang gemar main di gadget. Kira-kira permainan apa yang mampu menumbuhkembangkan anak-anak di sana? Mari kita temukan dengan membaca buku ini. Selain bicara Lego, saya sungguh tertarik mengenal Denmark karena ingin tahu rahasia dibalik suksesnya negara ini mempertahankan prestasi sebagai negara paling bahagia di dunia selama lebih dari 40 tahun. Apakah kamu juga sama penasarannya seperti saya?

Buku ini terdiri dari 7 bab, yaitu:

  1. Mengenali apa yang menjadi pembawa alami kita.
  2. P untuk Play (Bermain)
  3. A untuk Autentisitas
  4. R untuk Refreming (memaknai ulang)
  5. E untuk Empati
  6. N untuk No Ultimate (Tanpa Ultimatum)
  7. T untuk Togethernes (Kebersamaan) dan Hygge (Kenyamanan)

Baca juga: daftar bacaan 202111 manfaat membaca buku istilah-istilah dalam dunia buku

Hal-hal menarik dari buku ini:

  • Saya suka cover bukunya 😍🍁
  • Buku ini diawali prakata dari Ayah Edy, Guru Parenting Indonesia.Saya selalu belajar dari kebaikan siapa pun dan dari bangsa mana pun di dunia, termasuk belajar dari kearifan-kearifan local yang sudah kita miliki di Indonesia. Sebab, kebaikan itu bisa datang dari siapa pun, (halaman 3).
  • Secara isi dan materi, buku ini bergizi banget, senang bisa baca dan mengoleksinya, hanya saja sedikit kurang nyaman dengan terjemahannya. Tapi buat yang suka baca buku parenting, buku ini jangan sampai terlewatkan.
  • Dilengkapi tips di akhir bab, seperti tips bermain, tips empati dan sebagainya.
  • Baca buku ini cukup membuat saya takjub, ternyata bermain merupakan bagian penting dari tumbuh kembang anak dan pola yang sudah dilaksanakan di Denmark, jadi gak melulu belajar. selama ini, saya memerhatikan dalam masyarakat lingkungan saya anak itu belajar dan terus belajar, bahkan saya pun tumbuh dalam pola asuh seperti itu, di mana bermain itu sepertinya kalau bisa mendingan banyak belajar daripada bermain. Bermain mengajari ketangguhan. Dan, ketangguhan sudah terbukti menjadi satu dari faktor yang paling penting dalam memprediksi kesuksesan pada orang dewasa. Bermain bebas, mengajarkan anak-anak untuk meredakan kecemasan. (halaman12)
  • Banyak pengetahuan baru yang saya dapatkan lewat buku ini, terkait pola asuk orang tua di Denmark dalam mendidik anak-anaknya. Di Denmark, orang tua tidak terlalu mencampuri, kecuali benar-benar diperlukan. (halaman 16)
  • Buat kamu yang ingin mengenal Denmark, buku ini bisa jadi referensi bacaanmu. Saya senang banget bisa baca buku ini dan menjadi tahu tentang fakta-fakta menarik mengenai Denmark. “Orang Denmark percaya bahwa tragegi dan kejadiaan menyedihkan adalah hal-hal yang seharusnya kita bicarakan juga. Kita akan belajar lebih banyak tentang sebuah karakter dari penderitaan daripada kesuksesan kita, (halaman 33). Bagi orang Denmark, kenyataan dimulai dengan sebuah pemahaman dari emosi kita sendiri. (halaman 34). Menjadi rendah hati adalah nilai yang sangat penting di Denmark, (halaman 36)
  • Buat kamu yang senang membaca buku parenting dan mau menambah referensi bacaan tentang pola asuh anak-anak diberbagai negara, buku ini sangat menarik untuk dibaca.

Sangat jarang mendengar orang Denmark berbicara secara negatif tentang anak lain di depan anak-anak mereka. Hal yang mereka lakukan biasanya adalah mencoba untuk  menjelaskan perilaku orang lain dan mengapa mereka mungkin bertingkah dengan cara yang tidak menyenangkan. “Dia mungkin lelah dan tidak sempat tidur siang.” Mereka mencoba mengarahkan anak-anak mereka untuk melihat perilaku soerang anak yang cuma dipengaruhi lingkungan dan bukan melabeli anak sebagai nakal, egois, dan menjengkelkan. (halaman 88)

Salah satu pilar dalam cara Denmark untuk mengajarkan empati adalah dengan tidak menghakimi. (halaman 92) 

Orang Denmark melihat anak-anak pada hakikatnya baik. (halaman 103)

Baca juga: review buku Discovering Uzbekistan

Berikut ini kutipan-kuitipan favorit saya dalam buku ini:

  1. Kita kadang lupa bahwa cara mengasuh anak, layaknya seperti cinta, adalah kata kerja. Perlu usaha dan kerja untuk memberikan hasil yang positif. (halaman 6)
  2. Orang yang memiliki pusat kendali diri percaya bahwa mereka mempunyai kekuatan untuk mengendalikan hidup dan hal-hal yang terjadi pada mereka. (halaman 14)
  3. Ketangguhan bukan diperoleh dengan menghindari stress, melainkan dengan belajar bagaimana “menjinakkan” dan menguasainya. (halaman 19)
  4. Mengenali dan menerima semua emosi sejak dini, bahkan yang paling sulit sekali pun membuat anak menjadi lebih mudah untuk mengatur strategi bagi semua masalahnya. (halaman 35)
  5. Anak-anak dengan pola pikir yang berkembang (growth mindset), akan berlaku sebaliknya, cenderung peduli pada pembelajaran. Mereka yang didorong untuk fokus pada usaha daripada kecerdasan. (halaman 39)
  6. Terbiasa melihat puncak dan jurang kehidupan akan menumbuhkan empati, ketangguhan, dan perasaan berarti, serta rasa syukur terhadap kehidupan kita sendiri. (halaamn 45)
  7. Dengan fokus pada usaha yang dilakukan, Anda akan memberi anak-anak untuk memahami bahwa bukan kemampuan bawaan yang utama, melainkan sebuah ketekunan yang akan lebih berguna. Dalam jangka panjang, mereka akan mempunyai harga diri yang lebih kuat karenanya. (halaman 46)
  8. Optimis realistis menyaring informasi negative yang tidak perlu. Mereka belajar untuk menghilanhkan kata-kata dan kejadian negative serta mengembangkan kebiasaan menerjemahkan situasi ambigu ke dalam sikap yang lebih positif. (halaman 55)
  9. Peduli pada kebahagiaan orang lain selalu penting untuk menciptakan kebahagiaan mereka sendiri. (halaman 80)
  10. Membantu mengembangkan empati pada anak-anak secara dini bisa membantu mereka menciptakan hubungan yang lebih baik dan lebih peduli pada masa depan. (halaman 85)
  11. Jika Anda konsisten dengan garis besarnya, mereka akan memahaminya. Kuncinya adalah mempunyai kesabaran dan bekal untuk melalui fase-fase tersebut tanpa kehilangan kesabaran serta tetap fokus pada apa yang penting. (halaman 111)

Happy reading, booklovers!

Baca juga review buku berikut ini:

  1. Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan
  2. Kimbab Family (Bukan) Kisah Drama Korea
  3. Hygge Seni Hidup Bahagia Ala Orang Denmark, Penulis Denmark
  4. Insecurity is My middle name
  5. Janji
  6. How to Avoid Climate Disaster
  7. Lagom Rahasia Hidup Bahagia Orang Swedia: Lola A. Akerstrom
  8. Dari Toko Buku ke Toko Buku : Muthia Esfand
  9. La Tahzan—Jangan Bersedih
  10. Amalan Ringan Paling Menakjubkan
  11. Amazing Japan

2 thoughts on “[Review Buku] The Danish Way of Parenting karya Jessica Joelle Alexander dan Iben Dissing Sandahl

Leave a comment