Hidup Tenang Dengan Konsumsi Buku Original Bukan Bajakan

“Tulislah sesuatu yang harus dibaca banyak orang, bukan yang ingin dibaca banyak orang.” kutipan dalam buku Selamat Tinggal halaman 121)

Apakah kamu pernah mendengar buku bajakan? Atau kamu pernah membaca buku bajakan? Pernah mengonsumsi buku bajakan kemudian berhenti? Ataukah sampai kini masih menjadi penikmat buku bajakan?

Beberapa waktu, saya pernah berdiskusi dengan salah satu sahabat blogger, Kak Ra. Mengenai kian maraknya buku bajakan di pasaran, dan terpikir oleh kami berdua untuk kolaborasi menulis tentang kesadaran kami untuk menjadi pembaca buku original saja. Mengingat betapa sedihnya kami dengan kondisi sekarang, di mana banyak pembaca buku yang masih suka beli buku bajakan. Padahal jika mau jadi pembaca yang cerdas, kita bisa bantu mematikan industri buku bajakan dengan cara tidak membeli buku bajakan.

Sebagai pembaca buku tentu saya sangat resah, dan khawatir melihat perkembangan dunia literasi di negeri tercinta beberapa tahun ini bahkan sebetulnya sudah sejak lama, dan kini bukannya redup malah makin menjadi dan menjamur, toko-toko buku online yang menjual buku bajakan bertebaran tak bisa dibendung. Jika banyak buku bagus yang best seller beredar di pasaran adalah buku bajakan yang dibajak para pembajak buku, akankah beberapa tahun ke depan para penulis di negeri tercinta masih mau menulis karya-karyanya? Apakah dunia literasi di negeri ini akan berkembang atau sebaliknya? Cepat atau lambat, hanya waktu yang akan menjawabnya.

Sebagai penikmat buku, saya pernah khilaf karena ketidaktahuan saya tentang betapa ruginya menjadi pembaca buku bajakan, yang membuat saya kaget, malu, dan merasa bersalah, ketika dampak yang dihasilkan adalah merugikan banyak pihak, secara pelan-pelan juga membunuh dunia literasi, yang paling sedih, dengan menjadi pembaca buku bajakan sama saja dengan “MENCURI” hak para penulis, para pekerja dibalik terbitnya sebuah buku ke tangan pembacanya.

Setelah tahu betapa tidak baik membaca buku bajakan, tanpa perlu pikir panjang, saya berhenti membacanya dan makin selektif beli buku di toko buku online. Selalu cari info dulu, buku yang saya beli ini di toko buku online yang menjual buku ori atau buku palsu.

Di zaman Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas, alhamdulillah saya tidak terkontaminasi buku bajakan, karena seluruh buku bacaan saya rata-rata pinjaman dari perpustakaan sekolah. Memasuki dunia kuliah, saya masih membaca buku-buku original dari perpustakaan, kemudian mulailah kenal fotokopi buku-buku referensi dari dosen, yang ketika itu ada beberapa buku yang sulit dicari di toko buku dan termasuk kategori langka, maka dengan terpaksa agar bisa memahami materi-materi yang disampaikan dosennya, saya pun pernah memfotokopi beberapa buku hanya untuk kepentingan belajar, kalau ingat hal itu saya masih suka merasa bersalah, meski jumlah buku yang difotokopi tidak banyak. Waktu itu juga pernah nyari buku sampai ke Kwitang, tapi buku yang dicari lagi kosong (dipikir-pikir sekarang, mungkin ini cara Tuhan menyelamatkan saya agar tidak borong buku bajakan di sana). Hanya sekali-kalinya datang ke tempat tersebut dan tidak tertarik lagi.

Kemudian setelah memasuki dunia kantoran, saya masih mengenal buku-buku original, bahkan sering saling pinjam meminjam dengan beberapa teman kantor yang pembaca buku juga. Kala itu membeli buku rata-rata masih datang ke toko buku, jadi kalau ada teman yang punya buku, terus saya punya yang tidak dimiliki teman, kami saling meminjam, lebih praktis dan hemat jajan buku.

Memasuki era digital yang kian pesat, serta munculnya marketplace-marketplace yang juga menjual banyak buku, ini yang membuat saya pernah lalai. Ketika itu, saya lagi senang membaca novel karya penulis-penulis Indonesia, dan saya newbie di dunia jajan buku online, sehingga tanpa pikir panjang, membeli buku tanpa cross check ke penjual lewat chat, bermodal bukunya murah, saya gak lihat review, jadi asal klik-klik saja masukin keranjang terus bayar. Kurang dari sepuluh novel bajakan pernah saya beli dan baca 😭😭😭 Saya juga pernah dapat link di grup WA, tempat-tempat untuk baca ebook bajakan dan ilegal, saya juga pernah baca sekitar dua ebook ilegal 😭😭😭 Duh pokoknya kalau ingat itu sekarang saya suka malu dan menyesal, betapa menyedihkannya saya mau baca buku bajakan.

Bersyukur tak lama kemudian, seakan mendapat teguran dari Allah, saya menemukan artikel tentang betapa ruginya membaca buku bajakan. Semenjak itu saya memutuskan untuk say no buku bajakan, menghancurkan buku bajakan yang pernah saya beli dengan merobeknya (karena kualitasnya tidak bagus, dan juga baunya menyegat, sangat tidak nyaman), dan hati semakin tenang karena menolak buku bajakan, lebih baik tidak baca bukunya daripada harus membaca buku bajakan. Sungguh saya merasa bersalah, dan tidak mau mengulanginya. Kemudian langkah selanjutnya yang saya lakukan, setiap membeli buku online saya selalu memastikan dulu toko bukunya penjual buku ori atau ke penjual buku bajakan, dan kalau cari buku di marketplace kemudian ketemu di harga 20.000 hingga 40.00 saya tidak akan percaya lagi, kecuali yang jual toko buku online mayor yang sedang mengadakan book fair. Dan kini, untuk koleksi bacaan ebook, setelah mencoba seperti Gramedia Digital, saya lebih nyaman membeli dan membaca di Google Play Books saja, kalau ada buku yang mau saya baca dan tidak mau koleksi ebook-nya terus kebetulan ada di iPusnas, saya akan pinjam di sana. Lebih hemat, praktis, dan tetap bisa baca buku legal.

Di awal-awal berdirinya marketplace masih jarang toko-toko buku besar atau penerbit buku mayor yang menjual buku secara online melalui marketplace, paling mereka menjual di website masing-masing (misalnya gramedia.com, mizan.com, kedua website ini sampai sekarang masih aktif dan saya suka cek di kedua tempat tersebut jika ada buku-buku yang ingin saya beli). Beruntung sekali sekarang para penerbit mayor seperti Gramedia, Republika, Mizan, Bentang Pustaka, dan banyak lagi hingga penerbit-penerbit indie juga membuka ruang jual buku online dan terjamin kualitas keasliannya, mereka beberapa tahun terakhir ini bisa dijangkau dengan beli di Tokopedia, Shopee. Yang lebih mengejutkan lagi ketika Bang Tere Liye salah satu penulis yang paling rajin dan teguh memperjuangkan hak-haknya juga hak-hak penulis di Indonesia untuk melawan buku bajakan, akhirnya beberapa tahun ini sudah buka toko buku online juga, jadi semua karya beliau bisa langsung di pesan di Toko Buku Tere Liye (ada di Shopee, Tokopedia). Biasanya kalau buku-buku fisik, saya langganan beli di toko buku original, disesuaikan dengan kebutuhan, misal buku yang diterbitkan oleh penebit A, saya akan beli di penerbitnya, atau juga di Gramedia Official Store (Tokped / Shopee), atau Gramedia.com, kalau stoknya sedang kosong, baru mencari di toko buku online lain yang hanya menjual buku original. Sebetulnya, jika toko-toko buku online yang menjual buku original sudah banyak tersedia dengan aneka macam pilihan, yang bisa sesuaikan dengan kebutuhan serta budget yang dimiliki masing-masing pembaca buku, logikanya buku-buku bajakan sudah tak beredar lagi di pasaran. Namun, ajaibnya hingga tulisan ini saya tulis, buku bajakan makin meluas di pasaran dan dengan santainya dijual di marketplace. Lantas masalahnya ada di mana? Tentu saja suatu produk tidak akan berkembang jika tidak ada peminatnya. Maka, kenapa buku bajakan terus tumbuh subur di negeri ini? Jawabannya karena ada pasarnya, ada konsumennya yang entah tidak tahu, pura-pura tidak tahu, atau tutup mata hanya mau membeli buku bajakan. Sungguh ironis dan rumit sekali situasi ini. Bagaimana bisa memberantas buku bajakan jika pembacanya masih setia dengan membaca buku-buku bajakan?

Buku bajakan ini bisa hilang dari pasar, tentu jika para pembaca budiman mau merenungkan dampak buruk membaca buku bajakan, mau memikirkan nasib banyak orang terutama yang bergerak dalam bidang penerbitan buku, tidak hanya penulisnya saja, dan mau mengambil tindakan nyata serta keputusan untuk say goodbye buku bajakan. Jika kita mau meluangkan sedikit waktu untuk memikirkan hal ini, untuk menggerakkan hati nurani, maka kepada pembaca buku bajakan, yuk berhenti beli dan baca buku bajakan. Mari jadi pembaca buku yang cerdas, jangan hanya berpikir beli buku dan koleksi buku bajakan karena murah. Di zaman ini kita bisa beli laptop, hp yang harganya jutaan rupiah, tapi bisa habis dan ada masanya rusak. Namun, membeli buku harganya tidak sama dengan membeli gadget, lebih murah malah, tapi jika koleksi buku original disimpan dengan baik, puluhan tahun kemudian masih bisa dibaca oleh generasi penerus kita. Atau bisa kita donasikan ke perpustakaan daerah atau ke teman dan saudara yang suka membaca buku. Bukankah ini jauh lebih bermanfaat? Dan penting untuk disadari, dengan membeli dan membaca buku original kita tidak merugikan diri sendiri.

Baca juga: review buku Terapi Berpikir Positif

Ketahuilah, membaca buku itu seperti memberi makan pada otak dan tubuh kita. Jika ingin otak kita sehat, maka mari memberi makan berupa buku bacaan yang bagus dengan cara yang baik, agar hasilnya juga baik. Bukankah kita akan menuai apa yang kita tanam? Jika kita menanam hal baik, Insha Allah hasilnya akan baik, dan begitu juga sebaliknya. Pilihannya ada di tangan kita, mau memilih cara dan bacaan yang baik sebagai bentuk menyayangi diri sendiri, atau mau terus lanjut beli buku bajakan dan merugikan diri sendiri serta banyak pihak? Mari kita pikirkan dan renungkan hal ini. Kalau kemudian alasan dibalik membaca buku bajakan karena biar bisa baca buku, maka ketahuilah ada cara yang lebih baik membaca buku tanpa perlu beli buku bajakan, pinjamlah di perpustakaan-perpustakaan daerah, pinjam lewat aplikasi juga bisa seperti iPusnas yang memiliki banyak koleksi buku bacaan, pinjam ke teman, pinjam ke saudara, pinjam ke perpustakaan di sekolah atau tempat kuliah.

Jika kamu butuh semangat meninggalkan hal-hal yang bertema buku hingga barang bajakan, dan tertarik membaca buku orang-orang yang memilih hijrah dari penjual buku, pembaca buku, hingga pengguna barang bajakan, bacalah buku SELAMAT TINGGAL. Semoga bisa menginspirasimu untuk berubah meninggalkan buku bajakan. Semoga bisa mengetuk hati nuranimu untuk meninggalkan buku bajakan.

Dan jika kamu memperhatikan salah satu penulis yang berjuang tanpa lelah selama bertahun-tahun terakhir ini, untuk mengingatkan pembaca buku agar tidak membaca buku bajakan, Tere Liye-lah yang paling lantang bersuara ketika penulis-penulis lain mungkin lelah memperjuangkan haknya, tapi Bang Tere rela terus tanpa bosan mengingatkan pembaca buku agar tidak membaca buku bajakan. Bahkan selain di akun resminya @tereliyewriter di buku-buku karya beliau tak bosan mengingatkan, dan memberitahu ciri-ciri buku bajakan. Saya ambil foto-foto ini dari buku HELLO yang sudah terbit tahun 2023.

Ciri-ciri buku bajakan
Imbauan! Mari kita berpikir dan renungkan, berhentilah merugikan diri sendiri juga orang lain. Ayo selamatkan industri buku di negeri ini dengan “TIDAK MEMBELI BUKU BAJAKAN”
Beli Ebook legal di Google Play Books. Mari kita hargai karya orang lain. Say No buku bajakan!
Hati-hati membeli buku, jangan ketipu karena murah. Cek dulu bukunya beneran ori apa palsu. Bye Bye buku bajakan!
Cek dulu sebelum jajan buku online. Pastikan original. Jangan mau beli karena murah terus bajakan. Sungguh rugi! Selamat tinggal buku bajakan!

Dengan membaca berulang kali apa yang disampaikan Bang Tere, serta keputusan yang sudah saya buat beberapa waktu silam, saya memilih dengan mantap untuk menjauhi tidak hanya buku bajakan, barang-barang bajakan pun saya tidak mau mengkonsumsi dan membelinya. Bagi saya, lebih baik hidup sederhana dengan cara yang baik dan tidak merugikan diri sendiri serta banyak orang, karena saya mau hidup tenang tanpa membeli buku dan barang bajakan. Saya tidak mau merugikan diri sendiri karena saya sangat menyayangi diri saya. Saya juga tidak mau merugikan orang lain yang hak ciptanya dibajak, saya menghormati hasil karya-karya mereka, maka saya hanya mau membeli buku yang original dan barang-barang original, agar hati dan jiwa saya tenteram dan damai, karena kelak saya akan mempertanggungjawabkan perbuatan saya di hadapan Sang Maha Pencipta.

Secara pribadi, demi kesehatan lahir batin dan mental, saya tidak mau baca buku bajakan. Saya sayang sama diri saya, saya ingin memberi yang terbaik berupa asupan gizi untuk otak saya, salah satunya membaca buku dengan cara yang baik, tidak mencuri hak banyak orang, karena dibalik hadirnya buku tangan pembaca, ada peran penulis bersama tim penerbit yang sudah bekerja sangat keras. Proses hadirnya buku ke tangan pembaca bahkan butuh waktu bertahun-tahun. Maka sebagai bentuk apresiasi juga rasa terima kasih kepada para penyedia buku, baik penulis, editor, layouter, seluruh tim penerbit hingga distributor hingga Bapak / Mas / Mbak kurir yang telah mengirimkan buku ke alamat rumah (karena saya suka jajan buku online), hal kecil yang bisa saya lakukan, membeli dan membaca hanya buku original bukan bajakan.

Apakah kamu pernah punya pengalaman beli buku bajakan? Bagaimana perasaanmu setelah membelinya? Kapok karena kualitas buku kurang bagus, atau ketagihan beli karena harganya murah?

11 thoughts on “Hidup Tenang Dengan Konsumsi Buku Original Bukan Bajakan

  1. Aku rasa problematika buku bajakan ini pelik ya. Di satu sisi, yang bajakan memang harus dibasmi, tapi di lain sisi, adanya bajakan ini karena buku aslinya ya MAHAL! Jadi mau gimana lagi? Dulu waktu kuliah, kebanyakan text book kuliah adalah bajakan, karena kalau beli asli harganya bisa berjuta2, lalu gimana? Ya memang merugikan si pengarang yang sudah menuangkan banyak waktu untuk riset dan merangkum jadi buku, tapi disisi lain, ilmu kudu dibagi, dalam bentuk apapun, jadi susah memang.

    Kalau buku fiksi, memang ada ya yang bajakan? Buku fiksi kan lumayan murah, apalagi kalau cari second-hand. Jadi inget dulu jaman waktu tinggal di Jakarta awal2 tahun 2000, suka ke mal apa itu namanya yang di Kuningan yang ada toko buku second hand di basementnya, novel2 bahasa Inggris paper back yang kalau aslinya ratusan ribu. Suka sekali dulu hunting buku second hand. Keknya kalau ketemu yang dicari itu puas banget.

    Liked by 1 person

    1. Betul Mbak, pelik sekali.
      Apalagi text book memang ya, harga aslinya sangat mahal hingga berjuta-juta, jadi terpaksalah ambil jalan cepat baca yang hasil fotokopi.

      Yang menyedihkan di sini, buku-buku fiksi banyaaaaak bajakannya dijual online pula. Padahal harga buku fiksi gak mahal kayak text book buku-buku kuliah atau buku fiksi berbahasa Inggris. Harganya cukup terjangkau, masih banyak yang dibawah 100 ribu, apalagi toko buku online yang jual buku ori juga suka kasih diskon 10-20% (tergantung tokonya).

      Betul Mbak, harga buku fiksi lumayan murah, apalagi yang second hand (masih mending beli buku second hand, ori yang kualitasnya kalah jauh sama buku bajakan).
      Wow keren Mbak, suka hunting buku second hand, kayaknya seru bisa menemukan buku yang dicari, asli dan terjangkau harganya, bakal bahagia banget sih ini, maaf aku gak tau nama tempatnya.

      Kalau boleh tahu, harga-harga buku di Denmark gambarannya seperti apa Mbak? Apakah beli buku online dan beli di toko buku harganya sama atau berbeda?

      Like

      1. I see, klo buku fiksi (apalagi paperback) keknya miris sekali kalau ada yang versi bajakan ya. Btw toko buku bekas yang aku bilang itu ternyata masih ada, namanya Sarang Buku Bekas di Plaza Festival (dulu namanya Pasar Festival). Coba google deh, kmaren aku nemu facebook pagenya juga.

        Kalau di Denmark, buku2 juga lumayan mahal imho. Jadi aku selama baca buku2 disini selalu pinjam di perpustakaan, gratis dan bukunya banyak banget, dan bisa request buku dari perpustakaan manapun, nanti tinggal diambil di perpustakaan terdekat. Service paling top pokoknya. Aku juga tinggal di apartemen yang tempatnya terbatas, jadi rak buku diisi buku2 yang mau dikoleksi saja (kebanyakan hardback ya edisi spesial etc etc).

        Aku juga dulu konsumsi buku elektronik lewat kindle (kalau kindle belinya kudu dari toko buku amazon), karena banyak yang murmer juga kalau beli di amazon, malah banyak buku gratis (sastra klasik biasanya gratis untuk di donlot dari amazon), tapi sekarang andalannya buku pinjaman perpus.

        Lucunya, harga buku jauh lebih murah di Norwegia dan Swedia. Jaman aku masih pp ke Oslo untuk kerja, selalu disempetin untuk beli buku (dan akhirnya stop karena kebanyakan buku), karena toko2 mereka selalu ada kampanye beli 3 bayar 2, sama persis kek di Swedia. Konon karena pajak buku tidak setinggi pajak di Denmark jadi lebih terjangkau.

        Liked by 1 person

      2. Betul, Mbak.
        Yeay, terima kasih infonya Mbak, keren masih bertahan, saya cek fotonya keliatannya koleksi-koleksi menarik, kalau datang takut kalap haha. Penikmat buku seperti Mbak, kece tau tempat-tempat seru begini di Jakarta. Semenjak toko buku online beberapa tahun terakhir ini banyak bermunculan, jadi mager nyari buku ke toko buku. Kalau main ke toko buku suka tiba-tiba beli buku tanpa rencana karena tertarik padahal gak ada di wishlist 😬

        Oh, gitu Mbak. Kirain di sini saja harga buku mahal. Wah seru kalau bisa pinjam ke perpustakaan, apalagi gratis dan banyak banget koleksinya, apakah termasuk buku-buku yang baru terbit? pasti saya lupa jajan buku kalau begini. Huwaaaa bisa request dari perpustakaan mana pun, asyiiiik banget—langsung mupeng. Ngebayanginnya bikin ngiler.
        Keren Mbak, pecinta buku yang memilih buku-buku yang mau di koleksi aja di simpan dan edisi khusus pula, patut saya contoh. Ikut bahagia juga karena Mbak bisa menikmati fasilitas top perpustakaannya di sana.
        Mantaaap baca buku elektronik di Kindle juga.
        Kalau bisa pinjam di perpustakaan kayak Mbak, saya pasti akan memilih jalan ini. Sayangnya buku-buku yang mau saya baca seringnya tidak tersedia, jadi mau gak mau ya beli.
        Wow, ternyata harga buku di Norwegia sama Swedia lebih murah, apakah buku-bukunya berbahasa Inggris? Atau bahasa negara mereka Mbak? Seru banget bayanginnya kalau ada kampanye beli 3 dapet 2 😍😍
        Keren Mbak, bisa mengerem beli buku ketika buku sudah kebanyakan. Beruntung kalau ada perpustakaan lengkap, terus alternatif lain baca buku elektronik, jadi bisa koleksi buku favorit saja.
        Oh gitu, Mbak. Memang ya, kalau saja pajak buku tidak mahal, sebetulnya bisa jadi solusi harga buku terjangkau (dan kalau di sini, mungkin bisa memberantas buku bajakan).
        Terima kasih sudah berbagi cerita seru dari negara maju, Mbak. Jadi ngebayangin gimana serunya berada di lingkungan yang tingkat literasinya tinggi.

        Like

      3. Buku di perpus sini baru baru, mau bahasa Danish ada, bahasa Inggris pun lengkap. Ada bisa pinjam e-book juga lewat libby app. Jadi buat apa beli klo bisa pinjam gratis?

        Disini lumayan banyak kok dijual buku fiksi berbahasa Inggris, juga di Norwegia dan Swedia, jadi promo2 kek beli 3 bayar 2 itu juga berlaku buat yg bahasa Inggris.

        Liked by 1 person

      4. Woooowwww keren dan bahagia banget ini. Huwaaa bisa pinjam e-book juga. Ngiler banget. 😭
        Setuju Mbak, buat apa beli kalau bisa pinjam gratis. Happy reading, Mbak. Gak usah pusing jajan buku kayak saya haha.

        Wow mantaaap banget.
        Keren Mbak, bisa menikmati berbagai buku dari Denmark, Swedia, Norwegia, makin kaya informasi. Biasanya masing-masing negara penulisnya itu punya keunikan yang berbeda-beda. Apakah Mbak merasakan hal demikian, ketika menikmati keanekaragaman bacaan dari ketiga negara maju tersebut?

        Like

      5. Wah, aku belum banyak membaca banyak buku dari pengarang Norwegia dan Swedia yang bisa aku bikin kesimpulan tentang style menulis dan subjectnya, jadi ngga bisa kasi informasi. Yang jelas banyak banget yang menulis thriller, alias nordic noir, mungkin karena orang disini suka “dihibur” dengan cerita pembunuhan haha

        Liked by 1 person

  2. Mengenai maraknya buku bajakan aku dapat dari buku filsafat, aku lupa judulnya yang mana. Jadi yang menyebabkan maraknya Buku bajakan karena di Konoha minim banget yang suka dan membaca buku. Nah penyebab ini yang membuat buku pun mahal karena pembacanya minoritas. Jadi ini juga disebabkan buku menjadi mahal dan orang lebih suka beli buku murah yang mirip berbeda dengan di luar negeri yang memang gemar baca sehingga membuat buku menjadi lebih murah dan gak heran ketika minim sekali tersebarnya bajakan.

    Liked by 1 person

Leave a comment