[Review Buku] Cerita-Cerita Makanan karya Muthia Esfand

Bagaimana cara perempuan melupakan sejenak sedihnya? Beri dia salah satu dari tiga hal ini: kartu kredit tanpa batas, makanan enak, dan buku yang bagus. Setidaknya itu berlaku untukku. (halaman 111)

Momen ketika perutmu kenyang dan hatimu bahagia karena makanan yang kau santap enak lalu kau keluar dari pintunya dan disambut angin yang berhembus sejuk menerpa wajahmu yang berpeluh dan kau merasa lega dan terlahir kembali adalah momen yang selalu aku nikmati selepas makan. Seperti otomatis bersyukur pada Tuhan atas nikmat makanan yang bisa dirasakan hari ini. (halaman 118)

Book details:

Judul BukuCerita-Cerita Makanan
PenulisMuthia Esfand
PenerbitBukuditeras
Tahun TerbitFebruary 2023
Halaman256 halaman
ISBN978-623-91796-01
KategoriNon Fiksi

Blurb:

Aku mengabadikan kenangan lewat momen makan bersama. Jika seseorang begitu meresap dalam hatiku, aku pasti akan ingat momen ketika kami berbagi meja dan bersulang senyuman di sela hidangan dan minuman. Atau momen ketika aku memasak untuk entah siapa di dapur mana saja, di sela percakapan tentang mimpi dan masa depan yang seolah-olah akan dengan mudahnya tertangkap tangan.

Buku ini adalah caraku mengabadikan cerita-cerita itu, yang kukumpulkan di sela-sela waktu ketika melancong ke sana-sini. Beberapa cerita berujung pada fakta-fakta sejarah yang tidak tersimpan di buku-buku mana pun. Beberapa membuatku menjadi memahami perbedaan budaya yang ada di berbagai tempat. Sementara beberapa yang lain, jelas murni membuatku kelaparan dengan sukses.

Setelah membaca karya Mbak Muthia yang berjudul Dari Toko Buku ke Toko Buku , saya bertekad untuk menantikan karya berikutnya. Biasanya jika menyukai karyanya, saya tak akan ragu untuk menantikan karya-karya berikutnya, dan karya Mbak Muthia salah satunya. Tadinya saya kira setelah DTBKTB, akan lanjut ke DTBKTB 2, rupanya sebelum seri keduanya muncul, dikasih buku lain dulu yang berjudul Cerita-Cerita Makanan. Tanpa pikir panjang begitu tahu ada buku ini, saya langsung pesan. Dan hasilnya sangat menyenangkan, tentu saya tidak menyesal memasukkan buku dalam salah satu buku koleksi saya.

Baca juga: review buku Every Day Is Sunny Day When I’m With You

Hal-hal menarik dari buku Cerita-Cerita Makanan

  • Saya sangat suka sampul bukunya, terlihat menggiurkan, karena memang tema yang diusung ya seputar makanan.
  • Dunia kuliner memang selalu menyenangkan untuk dibahas, tapi yang bikin buku ini menarik, karena Mbak Muthia selain bahas makanan juga nambah pengetahuan, yang akan memperkaya wawasan pembacanya. Makanan memang tidak selalu, melulu tentang nama dan rasa.  Kau larut dalam perpaduan bumbu dan bahan makanan yang saling jatuh cinta dan bersepakat menghadirkan kebahagiaan untukmu. Tidak peduli dari budaya mana makanan itu berasal, enak ya enak. Enak tidak punya agama dan suku bangsa. (halaman 115)
  • Siap-siap ngeces saja sama makanan yang dibahas Mbak Muthia, ada beberapa makanan yang bikin saya penasaran ingin makan seketika itu juga pas lagi baca. Masalahnya makanan yang dibahas berasal dari luar negeri yang belum tentu ada menunya di sini, hehehe. Saya penasaran banget sama makanan yang disajikan dari terung ketika Mbak Muthia traveling ke Pisa di Italia. “Roti lapis isi sayuran dan buah yang sama enaknya dengan yang isi daging itulah yang ingin ditampilkan oleh juru masak di Pisa atau Tuscany, atau bahkan Italia secara umum. Mereka ingin orang-orang bisa menghargai sayuran dan buah sama dengan ketika mereka menghargai daging hewani, karena sama-sama bisa diolah jadi makanan yang luar biasa. Kadang kita terlalu menganggap remeh bahan makanan selain daging, padahal hanya karena kita belum mencicipi resep yang enak dari bahan makanan tersebut” (halaman 55). Saya juga jadi ngeces ngebayangin kuliner makanan khas Turki yang di makan Mbak Muthia, bahkan kuliner Mbak Muthia yang tidak biasa di Surabaya juga sukses bikin saya pengen juga makanannya.
  • Seru banget pas baca waktu Mbak Muthia ditantang bikin salah satu camilan yang kalau menang akan diajari salah  satu masakan di kafe temannya yang berada di Italia.
  • Sebenarnya tidak hanya cerita-cerita makanannya yang menarik, cerita perjalanan yang tertuang dalam buku ini juga sangat menarik.
  • Dalam buku ini kebanyakan cerita kuliner di luar negeri. Saya jadi penasaran seandainya Mbak Muthia juga memperbanyak cerita kuliner dalam negeri, sepertinya jelajah kuliner dalam negeri juga menarik untuk dieksplor dan dituliskannya dalam media buku.
  • Melalui buku ini kita akan memahami bahwa kuliner bukan hanya tentang seni membuat dan menyantap, tetapi juga tentang kehidupan, interaksi antara orang-orang yang kita temui, juga kenangan hingga kisah yang dialami.
  • Dilengkapi juga dengan beberapa resep menu masakan yang bisa kita praktekan.
  • Sebuah buku yang menurut saya sangat asyik untuk dibaca, jika kamu suka dunia kuliner dan dunia traveling. Karena rupanya Mbak Muthia selain booktraveler kalau dilihat dari buku buku yang ditulisnya dalam DTBKTB, dari buku ini kita akan tahu bahwa melalui wawasan yang beliau miliki, merangkap sebagai foodtraveler. Biasanya traveler itu kan selain mengeksplor tempat wisata juga merangkap pemerhati kulinernya juga. Menantikan buku berikutya yang membahas cerita-cerita makanan lainnya. Saya berharap ada satu buku yang bahas pengalaman kuliner Mbak Muthia di dalam negeri lengkap satu buku.

Baca juga: Death in Babylon and Love in Istanbul

Beberapa kutipan favorit saya dalam buku Cerita-Cerita Makanan:

  1. Tapi, mungkin begini inilah cara orang Italia menghargai tradisi kuliner mereka dari masa ke masa. Mereka menghargainya sejak makanan itu ditanam sampai ketika menjadi bahan-bahan dasar sebelum mulai diolah. Setiap jenis makanan dianggap punya keunikan, dengan bahan-bahan dasar yang berbeda sesuai dengan tipikal makanan itu. (halaman 25)
  2. Perubahan zaman mengubah makanan manusia dan cara kita memakannya. Bahkan malah apa yang kita makan jadi tergantung suasana hati kita, bukan lagi sekadar untuk bertahan hidup seperti masa prasejarah. (halaman 27)
  3. Tidak ada bahan bakar yang lebih superpower untuk menghadapi masalah dunia selain makanan yang enak dan mengenyangkan. (halaman 28)
  4. Ajaib memang cara makanan membuat kita lupa sesaat pada remah-remah masalah di dunia nyata dan membiarkan diri kita larut dalam harmoni kelezatan perpaduan berbagai bahan makanan itu. (halaman 35)
  5. Menurut Colino, kuncinya cuma satu: bahan-bahannya harus segar atau yang terbaik tersedia di musim itu. Peka pada musim juga jadi kuat utama banyak juru masak di Italia. Mereka selalu berusaha menggunakan bahan makanan yang sedang musim agar lebih segar  dan selaras dengan aura alamnya. (halaman 37)
  6. Sama seperti resep makanan lama yang kadang tidak perlu diperbaharui, cukuplah dijaga kelezatan hasil akhirnya. Selepas hari ini, terung di mataku akan sama berharganya seperti seiris daging di Jepang. (halaman 58)
  7. Tidak semua orang makan sambil mikir, ada yang memang cuma makan saja. (halaman 71)
  8. Bagaimana cara bisa menjelaskan kalau bagiku kerja-kerja dunia literasi itu justru terapi bagiku, yang kalau tidak kulakukan aku seperti terlucuti dan kembali menjadi bukan siapa-siapa. (Hm, tapi aku belum pernah berpikir sih, kalau bukan jadi pekerja buku aku kira-kira jadi apa ya? Sama sekali tidak terbayangkan). (halaman 72)
  9. Benar kata orang, kadang kau tidak perlu tahu arti  dari lagu yang kau dengar, kau cukup merasakan saja makna di baliknya yang disampaikan lewat suara yang syahdu dan penjiwaan yang mendalam. Musisi yang hebat menurutku adalah yang bisa menyentuh hati pendengar dengan musik mereka, yang bisa mengaburkan batasan bahasa dan status sosial, yang membuat mereka disatukan oleh nada-nada yang indah. (halaman 84)
  10. Selain festival buku, festival makanan adalah jenis festival kedua yang sering aku buru. Aku baru mulai suka datang ke festival makanan sejak Festival Jajanan Bango baru populer. Apa ya, melihat penjaga stan makanan menjajakan hidangan andalan masing-masing rasanya sama menyenangkannya dengan mencicipi hasil masakan mereka satu demi satu. (Halaman 92)
  11. Seberat apa pun masalah yang sedang dihadapi seseorang, ketika sesuap makanan enak masuk ke dalam mulutnya, ia pasti akan merasakan sekian detik momen kepuasan dan kebahagiaan. Lupa sesaat pada bahu yang memberat dan napas yang nyaris tak tersambung  dihempas problematika harian. Meskipun beberapa saat setelah hidangan habis kita jadi kembali lagi kepada realita hidup kita masing-masing, paling tidak sesuap kebahagiaan sudah pernah mampir menghibur hati. (halaman 93)
  12. Asal usul beraneka makanan di dunia mungkin sudah banyak yang campur aduk versinya, tapi ketika suatu variasi makanan jadi ciri khas daerah tertentu ya berarti ita bagian dari sejarah mereka. Makanan itu menjadi bagian dari perjalanan hidup mereka dari masa ke masa. (halaman 96)
  13. Sayangnya, ternyata manusia memang tidak bisa benar-benar “merdeka” dalam memilih makanan. Manusia punya kecenderungan untuk memilih makanan berdasarkan pengaruh yang ia dapatkan di lingkungan sosialnya. Perkara makanan memang tidak sesederhana mengunyah dan menelan semata untuk bertahan hidup seperti halnya makhluk hidup  lain. Bagi manusia, makanan kadang  jadi senjata dan alat propaganda. (halaman 98)
  14. Ketika seseorang memang sama sekali tidak bisa menggunakan bahasa yang dipakai kebanyakan orang lainnya, menurutku memang tidak perlu dipaksakan. Bahasa akan selalu menemukan cara untuk bisa menyatukan komunikasi antara satu orang dengan lainnya, bahkan tanpa satu sama lain saling mengerti bahasa ibu yang dipakai. (halaman112)
  15. Akhirnya aku paham makan di luar bersama keluarga itu menyenangkan dan jadi momen yang aku tunggu-tunggu dan ternyata tidak terlambat untuk memulainya. (halaman 116)
  16. Hangat atau tidaknya sebuah keluarga terkadang bisa dilihat dari apa yang terjadi di meja makan mereka. (halaman 117)
  17. Ini namanya pucuk dicinta toko buku pun tiba. (halaman 119)
  18. Hidup memang selalu tentang fajar dan senja dan apa yang kita lakukan di tengah-tengahnya. (halaman 121)
  19. Jika makanan yang kau lahap itu enak banget, dalam kepalamu pasti muncul dua respon: nambah dikit atau sudah saja. Sekalian alasan mulai muncul untuk memperkuat dua respon dilematis itu. (halaman 134)
  20. Hei, penulis itu butuh asupan makanan yang cukup agar imajinasinya bisa sedunia luasnya. (halaman 140)
  21. Setiap orang pada akhirnya akan memilih, di belahan bumi bagian mana ia merasa menjadi manusia seutuhnya. Berkawan dan bersenang-senang bersama semesta hingga tutup masa. (halaman 147)
  22. Jika waktu memberimu kesempatan untuk berjalan solo, ambil tanpa pikir panjang. Rasanya seperti ujian semester, untuk mencari tahu sebarapa banyak hidup mengajarimu cara menjadi manusia. Ketika berjalan sendirian di tengah kerumunan orang asing, di negeri asing, dengan bahasa yang antah berantah di telinga, kau akan tahu cara untuk menyayangi dirimu sendiri. (halaman 151)
  23. Unik ya, ternyata makanan tidak hanya sekadar menjadi pelepas lapar, namun juga pelepas perasaan yang jauh lebih dalam lagi. (halaman 158)
  24. Jika ingin dunia tenteram damai, perempuan itu harus dituruti perubahan suasana hatinya, baru bernegosiasi setelahnya. (halaman 162)
  25. Ah, namanya manusia, berubah hal biasa. Semua punya alasan dan sebab, siapakah aku hingga bisa cepat melabeli. (halaman 169)
  26. Kau akan terkejut ketika memahami betapa kadang kita memang seperti itu, lebih percaya orang lain yang baru kita temui lima menit, dibandingkan orang yang bertahun-tahun menemani kita di segala musim. (halaman 170)
  27. Comfort food nomor satu di dunia menurutku adalah makanan rumahan yang dimasak memang untuk membuat kenyang sekaligus puas lahir batin. Tidak peduli hiasan-hiasan kekinian atau tampilan yang able-able. (halaman 207)
  28. Senja adalah jeda untuk mengambil ketupusan-keputusan besar selanjutnya. (halaman 214)
  29. Kadang kita memang cuma harus keluar rumah dan banyak-banyak bersyukur. (halaman 218)
  30. Bagi kami, kencan di toko buku dan restoran bergaya lama selalu terasa dua kali lipat romantisnya. (halaman 242)
  31. “Pandemi ini berat ya, terutama buat mental.” (halaman 245)
  32. Kenangan tentang makanan yang pernah kita makan di hari-hari yang penuh bahagia selalu menjadi penambah cita rasa makanan yang pernah kita makan atau suatu hari kita makan lagi. Sesendok penuh kelezatan hasil resep yang sempurna ditambah memori yang tepat. Restoran-restoran tua semacam ini ini adalah penjaga memori kolektif itu. (halaman 248)  
  33. “Kan kata kamu setiap perayaan hari besar kepercayaan apa pun adalah perayaan kebebasan manusia memilih mau berjalan dengan norma apa di dunia ini. Layak kita rayakan dengan makanan yang enak we pokoke.” (halaman 250)

Happy reading! 🙂

Baca juga:

  1. Review buku Discovering Uzbekistan
  2. Review buku Mirai
  3. Review buku Si Anak Savana
  4. Review buku Freeter Membeli Rumah
  5. Review buku Bibi Gill
  6. Review buku Sagaras
  7. Review buku The Little Book of Skincare
  8. Review buku Twenty Four Eyes
  9. Review buku Funiculi Funicula
  10. Review buku Nyaman Tanpa Berpikir Lebih
  11. Review buku Aku Bukannya Menyerah Aku Sedang Lelah
  12. Review buku Di Bawah Langit Putih
  13. Review buku Bochan
  14. Review buku The Danish Way of Parenting
  15. Review buku Play The Danish
  16. Review buku Niksen Rahasia Hidup Bahagia Tanpa Melakukan Apa-Apa
  17. Review buku Mukjizat Enzim
  18. Review buku Terapi Enzim
  19. Review buku Rasa
  20. Review buku Kepribadian Berdasarkan MBTI
  21. Review buku Loneliness is My Best Friend
  22. Review buku Pasta Kacang Merah
  23. Review buku Matahari Minor
  24. Review buku The Will To Meaning
  25. Review buku Kupikir Segalanya Akan Beres Saat Aku Dewasa
  26. Review buku Funiculi Funicula: Kisah-Kisah yang
  27. Review buku Sebenarnya Aku Sedang Tidak Baik-Baik Saja
  28. Review buku Ketika Aku Tak Tahu Apa Yang Aku Inginkan
  29. Review buku Fly Him To The Moon
  30. Rekomendasi buku-buku literature Negeri Ginseng
  31. Rekomendasi buku-buku literature Negeri Sakura
  32. Tahun pertama yang mengesankan
  33. Mencatat buku-buku yang sudah dibaca
  34. 5 Best K-Drama That I Will Recommend To You
  35. Books Featured in Korean Drama
  36. Journaling
  37. Review Buku Resign
  38. Review Buku Home Sweet Loan

Leave a comment