“Penentu terkuat siapa dirimu sebenarnya selalu ada di dalam dirimu sendiri.” (halaman 366)
Masa lalu adalah hantu, bukan sesuatu yang penting, tidak memiliki pengaruh apa pun. Hanya masa depanlah yang memegang kendali.” (halaman 411)
Book details:
Judul buku | Educated – Terdidik |
Penulis | Tara Westover |
Alih Bahasa | Berkat Setio |
Penerbit | Gramedia Pustaka Utama |
Terbit | Cetakan ketujuh, November 2022 |
Tebal | 516 hlm; 20 cm |
ISBN | 9786020650357 |
Usia | Usia 17+ |
Kategori | Memoar |
Blurb:
Lahir dari keluarga komunitas penyintas di pegunungan Idaho, Tara Westover berusia tujuh belas tahun saat pertama kali menginjakkan kakinya di ruang kelas. Keluarganya sangat terisolasi dari masyarakat kebanyakan sehingga tidak ada yang memastikan apakah anak-anak mereka mendapatkan pendidikan, dan tidak ada yang turun tangan ketika salah seorang kakak laki-laki Tara melakukan kekerasan. Ketika seorang kakak laki-lakinya yang lain masuk perguruan tinggi, Tara memutuskan untuk mencoba kehidupan baru. Pencariannya akan pengetahuan mengubahnya, membawanya melintasi lautan dan benua, ke Harvard University dan University of Cambridge. Baru setelah itu dia bertanya-tanya apakah dia telah bepergian jauh, apakah masih ada jalan pulang.
“Kisah yang luar biasa, dan benar-benar menginspirasi. Bahkan lebih bagus daripada yang Anda dengar.”—Bill Gates
“Menyentuh hati… bukti indah akan kekuatan pendidikan untuk membuka mata dan mengubah kehidupan.”—Amy Chua, The New York Times Book Review
“Westover membawa pembaca jauh ke dunianya, ke lingkungan yang biasanya tersembunyi dari orang luar.”—The Economist
Saya pertama kali tahu buku ini yang menjadi salah satu buku yang direkomendasikan oleh Bill Gates untuk dibaca. Beruntung setelah sekian lama masuk wish list, akhirnya bisa membaca bukunya.
Hal-hal menarik dari buku ini:
- Buku memoar yang inspiratif tentang kisah Tara Westover.
- Seperti yang telah ditekankan oleh penulis, kisah ini bukan mengenai Mormonisme ataupun tentang keyakinan religius. Ini adalah kisah perjuangan seorang anak untuk menemukan dirinya sendiri, seorang anak pedalaman yang tidak bersekolah resmi yang berhasil mencapai pendidikan tertinggi di perguruan tinggi ternama, Cambridge University.
- Membaca lembar demi lembar kisahnya pada bagian pertama sungguh rasanya getir sekali seakan mengikuti perjalanan langsung kehidupan Tara yang sangat berat.
- Bisa masuk kuliah di usia tujuh belas tahun dan tanpa merasakan pendidikan dasar hingga jenjang sekolah menengah atas, karena Ayahnya yang sangat mengekang dan lebih senang dengan menyebut pendidikan bagi anaknya sebagai homeschooling, saya rasa kisah Tara luar biasa. Untuk ukuran tidak pernah masuk jenjang pendidikan SD-SMA, kemudian bisa masuk kuliah diterima di BYU, mendapatkan beasiswa Gates Cambridge Scholarship, menyelesaikan kuliah di university of Cambridge hingga PhD di Harvard University, bukankah Tara sunggug cerdas? Tapi dibukunya ini Tara buat saya terasa sangat humble, fokus dia bukan ke pendidikannya atau sesuai judul yaitu terdidik, melainkan bagaimana kisah kehidupan dia bersama keluarganya yang sungguh menyentuh, hingga menyayat hati, terutama ketika salah satu kakaknya melakukan kekerasan tapi orangtuanya kurang mempedulikan. Tapi intinya memang kalau seseorang memiliki pendidikan yang baik, maka kekuatan pendidikan mampu membuat kehidupan seseorang bisa lebih baik. “Kau harus mempercayai Profesor Steinberg. Kalau dia bilang kau cendikiawan—‘emas murni’, kudengar dia menyebutmu begitu—maka kau memang seperti itu.” “Kau bukanlah emas palsu, yang hanya bersinar di bawah sinar cahaya tertentu. Menjadi siapa pun kau, apa pun yang kau inginkan, itu adalah dirimu sendiri.”—dikutip dari pembicaraan Tara dengan Dr. Kerry. (halaman 364-365)
- Kehidupan Tara dengan orang tuanya, ini sungguh mix feeling banget, silakan kamu baca sendiri. Tara, kamu sungguh luar biasa kuat dan hebat. ….”Tapi selama kau tinggal di bawah atap Ayah, kau akan merasa kesulitan, ketika dia memintamu tidak pergi, akan mudah untuk menunda satu tahun lagi, sampai tidak ada lagi tahun yang tersisa. Kalau kau mulai sebagai siswa tahun kedua, yakinkah kau akan bisa lulus? Sudah waktunya pergi Tara,” kata Tyler. “Makin lama kau tinggal, makin kecil kemungkinan kau akan pergi.” (halaman 180). “Di luar sana ada sebuah dunia, Tara, dan dunia itu akan sangat berbeda setelah Ayah tidak lagi membisikkan pandangan tentang dunianya di telingamu.” (halaman 181). Tapi apa pun hasilnya, aku tahu aku akan pergi. Aku akan pergi ke suatu tempat, bahkan jika itu bukan sekolah. (halaman 224).
- Mix feeling banget baca buku ini, terutama saat Tara menuliskan kekerasan yang terjadi padanya, tapi cara menulisnya halus banget. Kayak biasa saja, tapi kalau diresapi dan seandainya kita melihatnya saat itu, pengen banget nolongin. Tara memang tidak bilang kakaknya jahat secara langsung, tapi kita sebagai pembaca jika diperlakukan seperti itu oleh seorang kakak, tetap namanya bukan bercanda tapi itu kekerasan.
- Salut dan respect sama Tara, meskipun hubungan dengan Ayahnya tidak bisa dikatakan baik-baik saja, demikian juga dengan Ibunya, tapi dari ratusan lembar kisah yang dituliskannya tidak tersirat kebencian. Sepertinya penerimaan adalah kata yang tepat untuk menggambarkan kisah Tara dengan orangtuanya. Dia masih bertahan dengan postur itu saat aku berbelok di tikungan. Bayangan akan ayahku saat itu akan selalu melekat padaku: raut wajahnya, cintanya, ketakutannya, dan kehilangannya. Aku tahu mengapa dia takut. Pada malam terakhirku di Buck’s Peak, malam yang sama ketika dia mengatakan tidak akan menghadiri acara wisudaku, Ayah membiarkanku mengetahui perasaannya.” (halaman 379)
- Kalau kamu suka buku memoar dan kisah inspiratif, buku ini bisa jadi referensi bacaanmu.
- Terjemahannya enak dibaca, terima kasih kepada yang sudah menerjemahkan buku ini, meskipun tebal tetap asyik dinikmati.
Baca juga: review buku How to Avoid Climate Disaster karya Bill Gates
Berikut ini kalimat-kalimat favorit saya dalam buku Educated:
- Kamu harus dengar apa yang mereka katakan, bukan bagaimana cara mereka mengatakannya. (halaman 42)
- Tak ada yang lucu dari kehidupan nyata, percayalah. (halaman 51)
- Pilihan-pilihan yang diambil seseorang, baik secara bersama-sama ataupun individual, kesemuanya bergabung sebagai aspek-aspek yang akan menentukan sebuah peristiwa. (halaman 60)
- Ibu meyakinkan diri sendiri, mungkin karena sebagian dirinya tidak bisa menyerah tanpa semacam perjuangan. (halaman 86)
- Keterampilan yang kupelajari adalah yang terpenting, kesabaran untuk membaca hal-hal yang belum bisa kupahami. (halaman 94)
- Naluriku adalah pelindungku. Sepanjang hidupku, naluri-naluri itulah yang telah mengajariku—mungkin akan lebih baik jika kau hanya mengandalkan dirimu sendiri. (halaman 153)
- “Aku baik-baik saja,” kataku, membuat alasan klise tentang diriku seperti yang dilakukan orang-orang yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. (halaman 286)
- Tidak tahu pasti, tetapi menolak memberi jalan kepada mereka yang mengklaim kepastian, adalah hak istimewa yang tidak pernah kuizinkan untuk kumiliki. Hidupku dirahasiakan untukku oleh orang lain. Suara mereka kuat, tegas, mutlak, tidak pernah terpikir olehku bahwa suaraku mungkin bisa sekuat suara mereka. (halaman 296)
- Sepanjang hidup aku diajari bahwa pernikahan adalah kehendak Tuhan, menolaknya adalah dosa. (halaman 298)
- Ketika kita menjadi bagian dari suatu tempat, bertumbuh kembang di atas tanahnya, kita tidak pernah merasa perlu mengatakan dari mana kita berasal. (halaman 310)
- Buku-buku teksku mulai masuk akal, dan aku jadi rajin membaca, lebih banyak daripada yang diperlukan. (halaman 311)
- “Hanya diri kita sendiri yang dapat membebaskan pikiran kita.” (halaman 387)
- Masa lalu adalah hantu, bukan sesuatu yang penting, tidak memiliki pengaruh apa pun. Hanya masa depanlah yang memegang kendali.” (halaman 411)
- Tapi apa yang terjadi antara aku dan ayahku lebih dari sekedar waktu atau jarak. Itu adalah perubahan dari dalam diriku. Aku bukan anak yang dibesarkan ayahku, tapi dia adalah ayah yang membesarkan anak itu. (halaman 489)
Happy reading! 🙂
Silakan baca juga referensi buku-buku yang sudah saya review:
- Review Buku Kimbab Family (Bukan) Kisah Drama Korea
- Review Buku Death in Babylon Love in Istanbul
- Review Buku Hygge Seni Hidup Bahagia Ala Orang Denmark, Penulis Denmark
- Review Buku Lagom Rahasia Hidup Bahagia Orang Swedia: Lola A. Akerstrom
- Review Buku La Tahzan—Jangan Bersedih
- Review Buku Di Bawah Langit Putih
- Review Buku How to Avoid Climate Disaster
- Review Buku A Mathematician’s Apology
- Review Buku The Little Book of Life Hacks
- Review Buku The Will To Meaning
- Review Buku Finding Sisu
- Review Buku Walden
- Review Buku Educated – Terdidik
- Review Buku The Danish Way of Parenting
- Review Buku Play The Danish
- Review Buku Niksen Rahasia Hidup Bahagia Tanpa Melakukan Apa-Apa
- Review Buku Amalan Ringan Paling Menakjubkan
- Review Buku Mental Theurapeutics
- Review Buku Seni Hidup Minimalis
- Review Buku Tak Masalah Jadi Orang Introver
- Review Buku Hello, Habits
- Review Buku Seni Hidup Bersahaja
- Review Buku Keajaiban Otak Kanan
- Review Buku Mukjizat Enzim
- Review Buku Terapi Enzim
- Review Buku Merakit Kapal
- Review buku Kitchen
- Review Buku Freeter Membeli Rumah
- Review Buku Mirai
- Review Buku Bochan
- Review Buku Twenty Four Eyes
- Review Buku Funiculi Funicula
- Review Buku Funiculi Funicula: Kisah-Kisah yang Baru Terungkap
- Review Buku Pasta Kacang Merah
- Review Buku The Time When We Walk Together : Lee Kyu Young
- Review Buku The Little Book of Skincare
- Review Buku Tak Mungkin Membuat Semua Orang Senang
- Review Buku Hidup Apa Adanya
- Review Buku Nyaman Tanpa Berpikir Lebih
- Review Buku Aku Bukannya Menyerah Aku Sedang Lelah
- Review Buku Kupikir Segalanya Akan Beres Saat Aku Dewasa
- Review Buku Sebenarnya Aku Sedang Tidak Baik-Baik Saja
- Review Buku Ketika Aku Tak Tahu Apa Yang Aku Inginkan
- Review Buku Aku Ingin Pulang meski Sudah di Rumah
- Review Buku Menyakitkan, tapi tak seburuk yang kupikirkan
- Review Buku Minimarket Yang Merepotkan
- Review Buku Nunchi Seni Membaca Pikiran dan Perasaan Orang Lain Rahasia Hidup Bahagia dan Sukses dari Korea
- Review Buku Tenang, Semua Akan Baik-Baik Saja
- Review Buku Kepribadian Berdasarkan MBTI
- Review Buku Love for Imperfect Things: Mencintai Ketidaksempurnaan
- Review Buku Every Day Is Sunny Day When I’m With You eview Buku Happiness is homemade
- Review Buku Discovering Uzbekistan
- Review Buku Amazing Japan
- Review Buku Insecure is My middle name
- Review Buku Loneliness is My Best Friend
- Review Buku Unbelievable Japan 1
- Review Buku Unbelievable Japan 2
- Review Buku Unbelievable Japan 3
- Review Buku Masih Belajar
- Review Buku Dari Toko Buku ke Toko Buku : Muthia Esfand
- Review Buku Janji (unedited version)
- Review Buku When everything took a turn for the worse
- Review Buku The Conference of The Bottle Tops
- Review Buku Si Putih
- Review Buku Lumpu
- Review Buku Sun
- Review Buku Malam yang Menegangkan
- Review Buku Apel Emas
- Review Buku Janji
- Review buku The Lazy Koala
- Review Buku Bibi Gill [unedited version]
- Review Buku Bedebah di Ujung Tanduk
- Review Buku Si Anak Savana
- Review Buku Bibi Gill
- Review Buku Sagaras
- Review Buku Sesuk
- Review Buku Rasa
- Review Buku Matahari Minor
- Review Buku Tanah Para Bandit
- Review Buku Hello
- Review Buyku Yang Telah Lama Pergi
- Review Buku Aidoru no Sekai ni Yoroshiku.
- Review Buku Bokutachi no Unme
- Review Buku I feel better when I’m with you
- Review Buku Fly Him To The MoonReview Buku Resign
- Review Buku Home Sweet Loan
- Review Buku Skenario Terindah
- Review Buku Cerita-Cerita Makanan
- Review Buku Generasi 90